Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri
Wednesday, 25 October 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri - laporan ini bertujuan untuk Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku primer asam oksalat dan Menentukan konsentrasi larutan HCl (larutan baku sekunder) dengan larutan NaOH. Laporan Praktikum Kimia Dasar ini juga bertujuan untuk memberikan refferensi kepada para pembaca yang mengambil mata kuliah kimia dasar dan mengikuti Praktikum Kimia Dasar. Laporan Praktikum Kimia Dasar dengan judul "Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri" diharapkan dapat membantu pembaca dalam melaksanakan
praktikum kimia dasar 2 dan diperoleh hasil yang memuaskan.
Baca Juga : Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Baca Juga : Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
ACARA IV
ANALISIS KUANTITATIF ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku primer asam oksalat.
b. Menentukan konsentrasi larutan HCl (larutan baku sekunder) dengan larutan NaOH.
2. Waktu Praktikum
Sabtu, 11 Mei ....
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Titrasi alam bisa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu suatu cara yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang sedikit buret. Titik titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuvalen atau titik stoikiometri. Titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa rata disebut indikator. Syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil antara lain : konsentrasi titran harus diketahui larutan seperti ini disebut larutan standar, reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui, titran stoikiometri atau titik ekuvalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna (atau sangat dekat dengan titik ekuivalen) yang sering digunakan titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir, volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen harus diketahui setepat mungkin. Proses asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang didapat tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi (sastrohamidjojo, 2005 : 271).
Baca Juga : Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Baca Juga : Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar PH, akan tetapi perlu kita ketahui juga beberapa banyak asam atau basa yang terdapat didalam sempel sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari satu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkadang dalam satu sempel air danau tersebut. Tiitrasi melibatkan satu proses penambahan suatu larutan yang tersebut titran dari buret kesuatu Flask yang berisi sempel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam basa kesuatu Flask tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri pada titik tersebut, jumlah ml dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titran adalah sama dengan jumlah mol dariOH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang didalamnya, dan basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997:550).
Asidimetri dan Akalimetri termasuk reaksi netralisi yakni reaksi antara ion hidroksida yang berasal dari basa yang menghasilkan air bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Asidmetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa. Senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya aikalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan nebggunkan baku basa untuk menetapkan titik akhir pada proses nitralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. ostwald, idikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu kebentuk yang lain, ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu (Saroso, 2009 : 90).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan Hcl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi Hcl tersebut melalui suatu percobaan disebut titrasi, dimana kita menetralisir suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan kedalam suatu flask. Dan ditambahkan beberapa tetes indikator seperti penolfta lein kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolfta lein tidak berwarna, kemudian buret diisi dengan NaoH ditambahkan keasam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika fenolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah muda ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH kita dapat menentukan konsetrasi asam (Timberlake, 2004 : 354).
Dalam metode titrasi asam basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan sedikit demi sedikit (secara eksternal), biasanya dari dalam buret dalam bentuk larutan yang disebut konsetrasinya diketahui penambahan larutan standar ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan itu harus dihentukan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan uji dilakukan larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan (ekuivalensi). Titik dalam titrasi asam basa pada saat indicator berubah warna desebubut titik akhir tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ketitik kesetaraan. Dengan memilih indikator memilih indicator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau mengoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam basa. Umumnya larutan ini uji adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti natriun hidroksida dan asam klorida jadi, apabila larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji (larutan standar) asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Hamdani, 2010:1).
Baca Juga : Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Baca Juga : Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Dalam proses titrasi, preaksi ditambahkan secara bertetes-tetes kedalam analit, biasanya menggunakan buret preaksi adalah larutan standar yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi. Penambahan preaksi dilakukan terus menerus hingga tercapai ekuivelen antara preaksi dan analit, keadaan ini disebut titik ekuivalen. Agar dapat mengetahi kapan terjadinya ekuivalen antara preaksi dan analit, para kimiawan menambahkan zat kimia yang dinamakan indicator akan membrikan tanggap berupa perubahan warna larutan, terbentuknya endapan, atau terbentunya senyawa kompleks bewarna saat terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi. Diharapkan indikator memberikan tanggap tetap pada saat terjadinya ekuivalen antara preaksi dan analiti, dengan kata lain diharapkan titik akhir titrasi terjadi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Namun pada kenyataan titik akhir titrasi selalu bergeser dari titik ekuivalen atau terjadi kesalahan indikator, kosentrasi indicator yang tidak sesuai dan karena kurang teleti dalam pengamatan (Soebiyanto.dkk)
Asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi basa yang terbentuk kerena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang bersal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawa IoN hydrogen dan hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Hadiat, 2004:33).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
- Gelas ukur 50 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Buret 50 mL
- Corong
- Klem
- Tiang statif
- Pipet tetes
2. Bahan-bahan Praktikum
- Aquades
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Larutan H2C2O4 (asam oksalat) 0,05 M
- Insikator pp (fenolftalein)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Standarisasi (Penentuan Konsentrasi NaOH)
- Dibersihkan buret dengan larutan NaOH yang akan dipakai, sebanyak 3 kali 5 mL, lalu diisi dengan larutan NaOH itu sampai 50 mL.
- Ke dalam labu titrasi diisikan 20 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat.
- Ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein.
- Dicatat keadaan kolom dalam buret lalau ditetskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam dengan hai-hati sampai terjadi perubahan warna, dari tak berwarna menjadi merah muda.
- Dicatat keadaan akhir buret dan jumlah NaOH yang dipakai, itulah selisih antara keadaan semula dengan keadaan akhir buret.
2. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl dengan Larutan NaOH
- Dimasukkan 20 mL HCl kea lam labu titrasi 250 mL dilakukan sekali.
- Ditambahkan 4 tets larutan indikator pp.
- Dilakukan titrasi dengan NaOH sisa dari titrasi pertama, larutan NaOH diteteskan hingga terjadi perubahan warna, dari bening menjadi merah muda.
- Dicatat keadaan akhir buret dan jumlah NaOH yang dipakai, itulah selisih antara keadaan semula dengan keadaan akhir.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
(Terlampir).
Untuk Hasil Pengamatan dan Analisis data dapat di download dengan mengklik ling berikit "Klik Disini".
G. PEMBAHASAN
Titrasi adalah proses banyaknya suatu larutan dengan kosentrasi yang telah diketahui dan diperlukan untuk breaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut volumetri. Dalam analisis larutan asam basa, titrasi melibatkan suatu basa yang saling menetralkan.
Salah satu bagian anlisis volumetrik adalah titrasi netralisasi yang terdiri atas asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa dengan menggunakan larutan asam sebagai larutan standar. Sedangakan alkalimetri adalah titrasi terhadap asam menggunakan larutan baku basa sebagai larutan standar. Dalam titrasi jenis indikator yang digunakan adalah indikator yang mempunyai warna yang berbeda (berubah) tergantung dari besarnya (H+) dalam larutan indikator dalam titrasi netralisasi berupa asam dan basa organic yang berbeda warnanya dalam bentuk melekul atau ION-nya. Dalam titrasi netralisasi, jika antara asam dan basa memiliki nomalitas yang sama, maka bisanya kosentrasi garam yang dihasilkan suatu saat diambil sama banyaknya dengan banyaknya sisa volume asam atau basanya.
Laruatan baku primer berfungsi untuk membekukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau preaksi pembuatannya secara langsung. Larutan baku primer harus dibuat sateliti mungkin (secara kuantitatif). Disamping larutan baku primer, di kenal juga larutan baku skunder. Larutan ini kebukuannya (kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer, jika suatu larutan baku skunder bersifat stabil dan dikemas atau disimpan dengan benar, larutan ini dapat berfungsi sengai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibekukan lag.
Analisis kuantitatif atau volumetric dilakukan dengan pengukuran volume dari larutan yang konsentrasinya telah diketahui (asm afslat) dan direaksikan dengan volume tertentu (HaOH). NaOH dengan Hc1 yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat, biasnya berupa larutan asam dan basa yang konsentrsinya tidak tepat berubah. Titrasi merupakan prosesnya penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk breaksi secara lengkap.
Pada praktikum kali ini yaitu analisis kuantitatif : Asidimetri dan Alkalimetri telah diketahui bahwa asidimetri adalah proses titrasi dimana larutan yang telah diketahui konsentrasinya adalah asam, contohnya yaitu proses titrasi yang melibatkan (COOH)2 0,05M dan NaOH. Dimana yang akan ditentukan konsentrasinya adalah NaOH sedangkan alkalimetri adalah proses titrasi dimana larutan yang telah diketahui konsetrasinya adalah basa, sebagai contoh yaitu titrasi antara NaOH dan HC1, dimana larutan yang akan ditentukan konsentrasinya adalah HC1 mengawali percobaan terkebih dahulu standarisasi buret dengan NaOH. Sebelum dilakukan percobaan buret yang telah bersih di bilas lagi dengan larutan NaOH, hal ini dilakukan dengan tujuan agar buret bebas kandungan larutan lain atau zat-zat yang menempel pada dinding buret.
Pada percobaan pertama, yaitu penentuan konsentrasi NaOH dengan asam Oksalat (COH2O4) penentuan konsentrasi NaOH dengan asam oksalat ini merupakan titrasi alkalimetri untuk menitasi basa kuat dengan asam lemah. Dalam titrasi ini digunakan indikator PPC (phenolphthlein) yang berfungsi sebagai zat penunjuk yang akan memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi telah tercapai. Indikator ini digunakan dalam titrasi tersebut karena indikator ini memiliki rentang PH pada suasana basa yaitu : 8,3-10,0, sehingga apabila larutan telah bersuasana basa maka indikator akan mengalami perbuhan warna muda secara teori dalam suasana basa penambahan indikator pada larutan dalam aksalat tidak mengalami perubahan warna atau warnanya telah bening didalam erlenmeyer. Hal ini di kerenakan larutan telah bersuasana asam dimana pada PH dibawah 8,3 larutan akan berubah menjadi tidak berwarna.
Setelah larutan yang ada dalam erlenmeyer (aksalat+PP) ditelesi dengan larutan NaOH (dimana reaksi diatas) terjdai perubahan warna dalam erlenmeyer dari bening menjadi merah muda. Hal ini terjadi karena efek dari penambahan indikator pada asam aksalat, diaman sifat indikator PP ini sendiri dapat beruabah warna tergantung PH larutan. Terjadinya perubahan tersebut berarti titik akhir titrasi dapat dicapai, dan kedua larutan tersebut bereaksi sempurna.
Penentuan konsentrasi HC1 dengan NaOH ini merupakan titrasi asidimetri untuk menitrasi asam kuat. Dalam titrasi ini sama dengan titrasi pada percobaan yang pertama ditamabahkan indikator PP, yang berfungsi sebagai zat penunjuk yang akan membrikan perubahan warna saat titik akhir titrasi telah tercapai.
Dalam proses titrasi ini yang sangat diperlukan adalah ketelitian serta kesabaran dalam proses penambahan larutan NaOH kedalam erlenmeyer (labu titrasi). Hal ini dilakukan agar perubahan warna larutan (COOH)2 maupun tidak terlalu mencolok, dimana perubahan warna pada larutan diusahakan cukup sampai merah muda (pink) sangat bening oleh karna itu pada saat penetesan NaOH harus teliti dan hati-hati, karna satu tetes saja dapat mempengaruhi kepekatan larutan. Hal tersebut sangat dibutuhkan karna bertujuan agar dapat meminimalis kesalahan dalam proses titrasi terjadinya kelebihan volume menunjukan adanya indikasi bahwa larutan memiliki kuantitas NaOH yang berlebihan sehingga ekuivalen yang diinginkan melewati pada titrasi tersebut.
Setelah proses titrasi dilakuakn, ,maka dapat diketahui volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi 20 ml asam oksalat yaitu 12,4 ml dan untuk 20 ml Hc1 adalah 10,2 ml. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini, maka dapat diketahui konsentrasi NaOH yaitu 0,16M, sedangkan konsentrasi HC1 yaitu 0,0816 M.
H. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan :
- Konsentrasi NaOH yang diperoleh dari proses titrasi alkalimetri adalah 0,16 M dengan volume 12,4 mL.
- Konsentrasi HC1 yang di peroleh dari proses titrasi asidimetri adalah 0,0816 M volume 10,2mL.
DAFTAR PUSTAKA
- Atkins, Peter And Jones Lorette.1997.Kimia Fisika.Jakarta : Erlangga .
- Hadiat ,dkk.2004. Kimia Sains.Jakarta: Balai Pustaka.
- Hamdani.2010.Sistem Pengukuran Molaritas Larutan Dengan Metode Asam Basa Berbasis Komputer. Medan: Universitas Panca Budi.
- Sarosa,Wirawan J.2009. Kimia. Jakarta: Wahyu Media.
- Sastrohamidjojo,Hardjono.2005.Kimia Dasar.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
- Soebiyanto,dkk. Konsentrasi Indikator Terkontrol Pada Argentometri Mohr. Surakarta : Universitas Setia Budi Surakarta.
- Timberlake ,Karen C.2004. Struktur Organik Kimia. Jakarta : Erlangga.
Baca Juga: Laporan Praktikum Kimia Dasar 1
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas dan Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan dan Pemurnian (Acara 1)
Baca Juga : Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri
Itulah artikel mengenai "Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas dan Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan dan Pemurnian (Acara 1)
Baca Juga : Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri
Itulah artikel mengenai "Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.
Jangan Lupa Follow untuk tetap mendapatkan update artikel berikutnya.