Laporan Koloid dan Senyawa Karbon 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Tuesday, 7 November 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 2 - Koloid dan Senyawa Karbon I - laporan ini bertujuan untuk Memahami campuran dan fasenya, yaitu koloid, Mempelajari cara pembuatan koloid, Mempelajari sifat koloid, Mempelajari senyawa karbon dan sifatnya dan Mempelajari hal yang terkait dengan denaturasi protein. Laporan Koloid dan Senyawa Karbon I ini juga bertujuan untuk memberikan refferensi kepada para pembaca yang mengambil mata kuliah kimia dasar dan mengikuti Praktikum Kimia Dasar. Laporan Praktikum Kimia Dasar dengan judul "Koloid dan Senyawa Karbon I" diharapkan dapat membantu pembaca dalam melaksanakan praktikum kimia dasar 2 agar diperoleh hasil yang memuaskan.
ACARA VII
KOLOID DAN SENYAWA KARBON I
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
- Memahami campuran dan fasenya, yaitu koloid.
- Mempelajari cara pembuatan koloid.
- Mempelajari sifat koloid.
- Mempelajari senyawa karbon dan sifatnya.
- Mempelajari hal yang terkait dengan denaturasi protein.
2. Waktu Praktikum
(...)
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Koloid ialah campuran dari dua atau lebih zat yang salah satu fasa tersuspensinya berupa sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fasa kedua. Zat yang terdispersi dan medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cairan, atau padatan. Contoh koloid antara lain semprotan aerosol (cairan tersuspensi dalam gas), asap (partikel padatan dalam udara), susu (tetesan kecil minyak dan padatan dalam air) dan sebagainya. Partikel koloid lebih besar dari pada satu molekul, tetapi terlalu kecil untuk dilihat oleh mata, dimensi diameter umumnya berkisar dari 10-9 sampai 10-6 m. Terdiri dari banyak molekul atau ion dalam sel hidp seperti protein, masih termasuk ke dalam ukuran partikel ini. (Oxtoby, 2001: 178).
Molekul pada permukaan zat padat atau cair mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai zat gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorbeus. Sedangkan pada adsorbsi, zat yang diserap hanya terrdapat pada permukaannya, daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorbeus. Jenis gas luas permukaan adsorbeus, temperatur gas mulia mudah dicairkan (Gillis, 2001 : 179).
Kebanyakan koloid dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe liofobik. Pengertian liofobik berasal dari perkataan Greek : phobos berarti takut atau tak suka. Koloid liofobik adalah benci atau tak suka pelarut, yaiutu sedikit atau tak ada pengikatan antara partikel koloidal dan pelarut. Sebagai akibat, koloid liofobik biasanya tidak stabil secara termodinamika dan partikel koloid dapat bergabung membentuk partikel non-koloid yang besar, yang memisah membentuk dua fasa. Koloid liofilik (dari bahasa Gerak Philos, cinta, suka) yang mengandung molekul besar atau agregat molekul-molekul kecil yang mempunyai penarikan dengan pelarut. Jadi kolid liofilik membentuk sistem stabil mirip larutan sesungguhnyankecuali partikel solute mempunyai ukuran koloid. Koloid liofilik meliputi polimer sintetik dan alami. Seperti protein asam nukleat, pati, sabun, detergen, dan zat pengemulsi. Koloid liofilik yang terdiri atas agregat molekul-molekul kecil disebut koloid terasosisi (Sastrohamidjojo, 2005 : 246).
Protein adalah asam amino, Asam amino adalah senyawa yang mengandung gugus karboksilat (-COOH) dan asam amino (-NH2) dengan rumus umum :
Asam amino seperti ini disebut a – asam amino, karena gugus amino (-NH2)-nya terikat pada atom pertama (a) gugus karboksil-R adalah atom atau gugus yang mengandung rantai aliafatik, siklik, atau aromatik. Berdasarkan R-nya, dialam terdapat 200 lebih jenis asam amino, tetapi di dalam protein hanya 20 macam asam amino, disamping itu, ada asam amino lain yang tidak umum terdapat dalam protein, tetapi hanya dalam protein tertentu. Contohnya, hidroksiprolin dan sistin. Hidroksiprolin adalah turunan protein yang terdapat dalam kalogen, sedangkan sistin adalah hasil kondensasi dari dua sistein (Rahayu, 2007 : 215).
Asam amino seperti ini disebut a – asam amino, karena gugus amino (-NH2)-nya terikat pada atom pertama (a) gugus karboksil-R adalah atom atau gugus yang mengandung rantai aliafatik, siklik, atau aromatik. Berdasarkan R-nya, dialam terdapat 200 lebih jenis asam amino, tetapi di dalam protein hanya 20 macam asam amino, disamping itu, ada asam amino lain yang tidak umum terdapat dalam protein, tetapi hanya dalam protein tertentu. Contohnya, hidroksiprolin dan sistin. Hidroksiprolin adalah turunan protein yang terdapat dalam kalogen, sedangkan sistin adalah hasil kondensasi dari dua sistein (Rahayu, 2007 : 215).
Pengukuran kadar protein menurut sudarmadji et al(1997) dilakukan dengan metode kjedahl, metode ini ada 3 tahap yaitu detruksi, destilasi , dan titrasi. Tahap detruksi diakhiri sampai semua larutan berubah menjadi jenuh. Hasil destruksi kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi . tahap destilasi diakhiri bila semua larutan penangkap berwarna hijau. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan 0,1 HCl sampai terjadi perubahan warna cairan menjadi ungu. Kadar protein kemudian dihitung menggunakan rumus(hintono,2013).
Mutu minyak goreng dapat ditingkatkan lagi dengan menginteraksikannya dengan adsorben. Adsorben yang digunakan adalah arang aktif polong buah kelor dan minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng curah. Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit yang proses pemurniannya dilakukan satu kali fraksinasi. Proses pemurnian minyak goreng bekas dilakukan dengan 3 tahapan: yaitu proses pemisahan bumbu,netralisasi, dan pemucatan(siti aisyah,2010).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Bunsen
b. Corong 60 mm
c. Gelas arloji
d. Gelas kimia 100 ml
e. Gelas kimia 250 ml
f. Gelas kimia 50 ml
g. Gelas ukur 10 ml
h. Gelas ukur 100 ml
i. Gelas ukur 50 ml
j. Hot plate
k. Kertas label
l. Kertas saring
m. Korek api
n. Lap
o. Mortar dan penggerus
p. Neraca analitik
q. Penjepit tabung reaksi
r. Pipet tetes
s. Pipet volume
t. Rak tabung reaksi
u. Sendok
v. Spatula
w. Stopwatch
x. Tabung reaksi
y. Tisu
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Air keran
b. Amilum (tepung kanji)
c. Aquades
d. Deterjen
e. Fecl3 jenuh
f. Garam (NaCl)
g. Gula pasir
h. Kertas lakmus biru
i. Kertas lakmus merah
j. Larutan benzena
k. Larutan cacl2
l. Larutan cuso4 1%
m. Larutan etil alcohol
n. Larutan hgcl2 1%
o. Larutan HNO3 pekat
p. Larutan iod
q. Larutan nacl jenuh
r. Larutan naoh 40%
s. Larutan naoh 6M
t. Larutan Pb(oac)2
u. Minyak goreng (Na-oleat)
v. Norit
w. Telur
D.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan koloid Fe(OH)3
- Dipanaskan 50 ml air sampai mendidih di dalam gelas kimia.
- Ditambahkan setetes demi setetes larutan FeCl3 jenuh sambil diaduk sampai warnanya merah kecoklatan.
2. Dispersi
- Diambil satu sendok amilum (tepung kanji) dan dimasukkan dalam 10 ml aquades dalam gelas kimia, kemudian diaduk dan disaring membentuk filtrat A.
- Diambil satu sendok amilum (tepung kanji)dan digerus dalam mortar, kemudian dicampur dengan 10 ml aquades, diaduk dan disaring yang akan membentuk filtrate B.
- Dibandingkan filtrat A dan filtrat B.
- Ditambahkan beberapa tetes larutan iod pda filtrat B. Dibandingkan filtrat B sebelum dan sesudah ditambahkan larutan iod
3. Emulsi
- Dimasukkan 1 ml benzena ke dalam ttabung reaksi, ditambahkan 10 ml aquades, dikocok, kemudian diletakkan tabung reaksi pada rak tabung hingga kedua larutan terpisah.
- Ditambahkan 15 tetes Na-oleat (minyak kelapa) dalam larutan yang telah memisah, dikocok dan ditunggu 10-15 menit. Diperhatikan apakah larutan memisahkan diri.
4. Adsorpsi
- Dilarutkan 1 sendok porselin gula pasir dalam 10 ml aquades dalam suatu tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 sendok norit yang sudah digerus dalam tabung reaksi, diaduk dan diletakkan tabung reaksi dalam gelas kimia yang berisi air mendidih kemudian dikocok menggunakan penjepit tabung reaksi selama 10 menit.
- Disaring larutan dengan kertas saring.
- Diperhatikan warna sebelum dan sesudah dimasukkan dalam bejana.
5. Lemak
- Dimasukan 5 ml NaOH 40% ke dalam gelas kimia, ditambahkan 5 ml minyak kelapa dan 5 ml etil alcohol. Dipanaskan sambil diaduk selama 15 menit.
- Ditambahkan aquades 10 ml pada padatan sabun.
- Didinginkan padatan kemudian ditambahkan 40 ml NaCl jenuh.
- Disaring dengan kertas sring dan dicoba membilas tangan dengan sabun yang dihasilkan.
- Ditambahkan alcohol dan NaOH jika sabun lengket kemudian dipanaskan.
- Dilarutkan secukupnya dari sabun yang dihasilkan, dilarutkan dalam 50 ml aqades, ditambahkan 5 ml CaCl2 dikocok dan diamati (larutan A).
- Dicek larutan sabun dengan kertas lakmus
- Dilarutkan 1 gram deterjen dalam10 ml aquades, dikocok dan dicek dengan kertas lakmus (larutan B).
- Disiapkan 3 tabung reaksi berisi 10 ml aquades, 10 ml air keran dan aquades + CaCl2 untuk larutan A dan 3 tabung reaksi untuk larutan B.
- Dimasukkan 2-3 tetes larutan A dalam tabung reaksi berisi air keran, aquades, dan aquades + CaCl2, diamati.
- Dimasukkan 2-3 tetes larutan B dalam tabung reaksi berisi air keran, aquades dan aquades + CaCl2, diamati.
6. Protein
- Diambil 2 ml putih telur, ditambahkan 10 ml aquades, diaduk dan jika larutan tidak bening ditambahkan sedikit garam.
- Disediakan 5 tabung reaksi dan dimasukkan masing-masing 2 ml larutan putih telur dalam tabung tersebut.
- Ditambahkan 1 ml larutan CuSO4 1% pada tabung pertama dan diteteskan larutan NaOH 6M.
- Ditambahkan 1 ml larutan HNO¬3 pekat dalam tabung kedua, dipanaskan, didinginkan kemudian ditambahkan larutan NaOH 6M sambil dikocok.
- Ditambahkan 1 ml HgCl2 1% dalam tabung ketiga, kemudian diamati.
- Ditambahkan 1 ml NaOH 6M ke dalam tabung keempat, kemudian diamati.
- Ditambahkan beberapa tetes Pb(OAc)2 ke dalam tabung kelima kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 6M, dipanaskan.
- Diamati perubahan.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
(Terlampir).
Untuk Hasil Pengamatan dan Analisis data dapat di download dengan mengklik ling berikit "Klik Disini".
G.PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspense.Secara makrokospis koloid tampak homogeny, tetapi apabila diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen, masih bisa dibedakan atas komponennya.Koloid memiliki beberapa sifat yaitu efek tyndall, gerak brown, elektroforesis, adsorpsi, koagulasi, koloid pelindung dan dialysis. Kemudian berdasarkan fase pendispersi dan fase terdispersinya koloid dapat dibedakan menjadi buih, aerosol, emulsi, sol dan gel. Untuk dapat menghasilkan suatu koloid maka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dispersi dan kondensasi.
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan koloid Fe(OH)3 dengan cara kondensasi. Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dimana partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion yang diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara kimia berupa reaksi kimia seperti redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut. Selain dengan cara kimia juga dapat dilakukan dengan cara fisika. Pada percobaan ini pembuatan koloid Fe(OH)3 dilakukan dengan cara reaksi kimia berupa reaksi hidrolisis. Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi hidrolisis adalah reaksi yang digunakan untuk membuat koloid basa dari suatu garam (FeCl3) yang dihidrolisis. Ketika FeCl3 jenuh diteteskan pada air mendidih terjadi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih tersebut akan mengionisasi membentuk ion OH- dan H+. Ion-ion OH- akan bereaksi dengan besi (III) klorida (FeCl3) membentuk besi (III) hidroksida (Fe(OH)3). Tanda terbentuknya koloid ini adalah berubahnya warna larutan nenjadi merah kecoklatan dimana terjadi perubahan warna pada saat penetesan keempat.Ukuran-ukuran partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran larutan sejati tetapi tidak cukup untuk mengendap, sehingga koloid ini tetap dalam bentuk larutan.Selain itu, koloid Fe(OH)3 yang terbentuk ini bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+ dari H2O.
Pada percobaan kedua yaitu pembuatan koloid dengan cara dispersi.Dispersi adalah cara pembuatan koloid dengan memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, salah satunya dengan cara mekanik.Pada cara ini, zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel koloid melalui penggilingan, penumbukan, dan penggerusan untuk zat padat serta dengan pengadukan atau pengocokan untuk zat cair.Zat-zat yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.Pada percobaan ini amilum (tepung kanji) sebagai fase terdispersinya dan cair sebagai fase pendispersi, dimana dilakukan dua perlakuan yaitu pencampuran amilum dengan air tanpa digerus yang menghasilkan filtrat A dan pencampuran amilum yang telah digerus dengan air dengan air yang menghasilkan filtrate B.Berdasarkan hasil pengamatan didapat filtrat A yang lebih jernih daripada filtrat B.Hal ini terjadi karena adanya disperse mekanik sehingga amilum pada filtrat B membentuk koloid (campuran yang terletak antara campuran homogen dengan campuran heterogen) dimana partikel-partikelnya tersebar merata dalam air.Semakin kecil ukuran suatu partikel maka semakin rata dan luar medium penyebarannya.Sedangkan pada filtrat A ukuran partikel-partikelnya lebih besar sehingga hanya sedikit partikel yang dapat menembus kertas saring.Kemudian pada filtrat B diteteskan larutan yod (iod), pada tetes pertama larutan menjadi ungu kehitaman dan pada tetes kedua larutan menjadi hitam.Perubahan warna ini menandakan bahwa terdapat kandungan amilum pada filtrat B yang jumlahnya banyak, dimana larutan iod sebagai indikatornya.
Pada percobaan ketiga yaitu emulsi, emulsi adalah campuran antara dua fase yaitu zat terdispersi dan medium pendispersinya berupa zat cair dan zat cair (emulsi cair) atau zat cair dengan zat padat (emulsi padat).Pada percobaan ini, digunakan medium pendispersi berupa aquades (air) dan fase terdispersinya benzena.Pada saat pencampuran air dan benzena dan dibiarkan beberapa menit, terlihat adanya pemisahan antara air dan benzena, dimana benzena terletak di bagian atas dan air di bagian bawah.Hal ini dikarenakan sifat kepolaran kedua zat ini, air bersifat polar sedangkan benzena bersifat nonpolar sehingga saat dicampur dengan air benzene menjadi memisah.Benzena terletak di bagian atas air karena benzena memiliki massa jenis yang lebih kecil yaitu sebesar 0,85 g/ml daripada air yang massa jenisnya 1 g/ml.Kemudian saat ditambahkan lagi Na-oleat (minyak kelapa) sebanyak 15 tetes, dikocok lalu didiamkan terbentuk tiga lapisan yaitu benzena, minyak kelapa dan air.Dalam hal ini yang berperan sebagai emulgator adalah benzena, emulgator sendiri merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil.Benzena memiliki gugus polar dan nonpolar, bagian nonpolar akan berinteraksi dengan minyak atau mengelilingi partikel minyak, sedangkan bagian yang polar akan mencoba berinteraksi dengan air melalui pengocokan.Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negatif, maka partikel-partikel minyak juga bermuatan negatif.Muatan tersebut akann mengakibatkan partikel-partikel minyak saling tidak menolak dan tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil.Bila dua larutan murni yang tidak saling bercampur seperti minyak dan air ini dicampurkan dan dikocok, maka keduanya akan membentuk system disperse yang disebut emulsi, yang secara fisik terllihat seolah-olah satu frasa berada dalam fase lain.Apabila proses pengocokan dihentikan, maka dengan sangat cepat terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati dalam waktu yang sangat singkat.
Kemudian pada percobaan keempat yaitu adsorpsi.Adsorpsi adalah peristiwa dimana suatu zat menempel pada permukaan zat lain.Pada percobaan ini dilarutkan 1 sendok porselin gula pasir dalam 10 ml air.Larutan yang terbentuk keruh dan berwarna kekuningan, kemudian setelah larutan gula dan norit dicampur warna larutan berubah menjadi hitam.Kemudian tabung yang telah berisi larutan gula dan norit diletakkan pada gelas kimia yang berisi air yang mendidih sambil dikocok.Kemudian larutan ini disaring dengan kertas saring dimana dihasilkan filtrat yang putih bening, lebih bening dari warna wal larutan gula.Larutan gula yang dicampur norit ini memiliki warna yang lebih bening daripada sebelum ditambah norit karena norit disini berperan sebagai adsorben yang akan menyerap pengotor-pengotor yang ada pada larutan gula.Norit yang berperan sebagai adsorben ini memiliki sifat yang nonpolar sehingga bubuk norit dan larutan gula ini tampak memisah.Pencelupan tabung reaksi berisi norit dan larutan gula ke dalam gelas kimia berisi air mendidih bertujuan untuk mengaktifkan karbonnya sehingga norit lebih cepat mengadsorpsi pengotor-pengotor pada larutan gula.Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid maka dilakukan penyaringan menggunakan membran semipermeabel yang hanya dapat dilalui oleh partikel-partikel berukuran kecil sedangkan partikel pengotor yang berukuran lebih besar dan telah diserap oleh norit akan tertahan dalam kertas saring, sehingga didapat larutan yang leih bening.Dalam proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu agitation (pengadukan), karakteristik adsorben, kelarutan absorbat, pH dan temperatur ( tingkat adsorpsi naik diikuti kenaikan temperatur dan tingkat adsorpsi turun diikuti dengan penurunan temperatur).
Artikel Terkait : Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Artikel Terkait : Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Pada percobaan kelima yaitu lemak (penyabunan lemak).Reaksi penyabunan atau saponifikasi adalah proses hidrolisis minyak atau lemak oleh alkali.lemak atau minyak yang terhidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan gliserol.Setelah pemanasan yang akan menghasilkan gliserol dan sabun.berdasarkan hasil praktikum dimana larutan NaOH 40% sebanyak 5 ml ditambahkan dengan 5 ml Na-oleat (minyak kelapa) dan 5 ml etil alkohol setelah dipanaskan membentuk padatan yang berwarna putih susu.Warna ini menandakan telah terjdinya reaksi penyabunan antara minyak, NaOH dan etanol (etil alkohol).hasil pembuatan sabun secara teoritis, lemak dapat langsungdireaksikan dengan NaOH.namun hal tersebut dapat saja terbalik secara praktiknya.lemak atau minyak marupakan senyawa organic dengan sifat nonopolar.Sedangkan NaOH adalah senyawa anorganik dengan sifat polar.Senyawa dengan sifat polar dan nonpolar tidak akan saling bercampur, sehingga dalam reaksinya antara NaOH dengan minyak diperlukan suatu medium pereaksi untuk reaksi penyabunan tersebut.Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut ini adalah etanol (etil alkohol).Etanol adalah alcohol dengan dua atom C.Etanol yang merupakan senyawa organic memiliki sifat yang semipolar yaitu ditandai dengan adanya gugus OH- yang menandakan sifat polar dan gugus atau ion CH3+ yang menandakan sifat nonpolar.Dengan pelarut ini NaOH yang dapat terlarut dan bercampur dengan minyak dalam reaksi penyabunan.Kemudian padatan yang terbentuk dari reaksi minyak, NaOH dan etanol ini ditambahkan 10 ml aquades sehingga membentuk suatu larutan koloid yang berwarna putih dan terdapat basa gelembung-gelembung air (busa).Busa ini muncul dari minyak yang merupakan gliseril trioleat yang setiap molekulnya mengandung 3 asam oleat dengan gugus alkil C17H35 dengan kandungan gugus ester yang berjumlah 3 yang mengalami hidrolisis oleh larutan NaOH membentuk garam natrium yang larut dalam air dan membentuk busa.Garam inilah yang merupakan sabun yang sesungguhnya.Setelah dilarutkan dengan dengan 10 ml aquades kemudiann ditambahkan dengan 40 ml NaCl jenuh, hal ini bertujuan untuk memisahkan sabun dari gliserolnya.Memisahnya sabun dari gliserolnya mengakibatkan hasil saringan (filtrat) menjadi lebih bening.Hal ini terjadi karena pada saat disaring gliserol dan alkohol berada pada larutan NaCl sedangkan sabunnya akan mengendap dan tertahan pada kertas saring.
Sabun yang tertahan pada kertas saring dicoba untuk mencuci tangan dan hasilnya sabun menimbulkan busa, licin dan tidak lengket.Licin ini merupakan suatu tanda bahwa larutan tersebut bersifat basa.Kemudian secukupnya dari filtrat yang didapat ditambahkan dengan 50 ml aquades dan 5 ml CaCl2 yang menghasilkan larutan bening dan berbusa.Semakin lama busa semakin berkurang dan hilang.Hal ini terjadi karena fungsi dari larutan CaCl2 adalah mengurangi busa dan pembentukan endapan.Larutan ini kemudian kita beri label A.Pada tabung reaksi lain dilarutkan 1 gram deterjen dengan 10 ml aquades dan kita beri label B.Setelah larutan A dan B kita tes dengan kertas lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru yang menandakan larutan A dan B tersebut bersufat basa.Kemudian larutan A dimasukkan 2-3 tetes ke dalam 10 ml aquades, 10 ml air keran dan aquades yang telah dicampur dengan CaCl2.saat larutan A dimasukkan dalam air keran dan aquades larutan A lebih cepat melarut pada pada aquades dan menghasilkan larutan yang jernih, hal ini karena aquades telah disuling sehingga tidak terdapat lagi ion-ion yang lain, pada air keran dihasilkan larutan yang bening juga namun pada penetesan larutan A pada aquades yang telah dicampur dengan CaCl2 menghasilkan warna yang keruh karena mengandung logam Ca yang dapat mengakibatkan kesadahan air.Berbeda dengan larutan deterjen (B) ketika diuji dengan etiga cairan seperti pada pengujian air sabun semuanya menghasilkan larutan yang jernih.Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sifat antara sabun dan tdeterjen walaupun tidak begitu signifikan.
Pada percobaan terakhir yaitu protein dimana pada percobaan ini kita akan mengamati denaturasi protein. Denaturasi merupakan berubahnya struktur protein dari struktur awalnya biasanya yang mengalami perubahan adalah struktur sekunder, tersier dan kuartenernya, sedanngkan struktur primernya tidak berubah. Dalam percobaan ini digunakan putih telur (2 ml) yang dicampur dengan 10 ml aquades. Putih telur dipilih karena mengandung albumin yang merupakan protein globular yang bersifat larut dalam air. Setelah putih telur dan aquades dicampur kemudian dibagi menjadi V tabung reaksi yang masing-masing berisi 2 ml. pada tabung reaksi pertama dengan penambahan 1 ml CuSO4 1% dan NaOH 6M.Saat ditambahkan dengan CuSO4 terbentuk gumpalan yang berwarna biru muda namun setelah ditetesi NaOH 6M menjadi ungu pekat, hal ini dikarenakan ion Cu2+ dari penambahan CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa berwarna ungu. Untuk tabung reaksi kedua dimana ditambahkan 1 ml HNO3 pekat mnghasilkan larutan yang keruh dan terbntuk gumpalan dan saat dipanaskan gumpalan menjadi pecah dan berbusa, kemudian larutannya berwarna kuning selanjutnya saat ditambah NaOH gumpalan-gumpalan tersebut pecah kembali menjadi bentuk yang lebih kecil dan larutannya berwarna keruh.Hadirnya gumpalan ini menandakan bahwa telah terjadi denturasi yang diakibatkan oleh pemanasan dan penambahan larutan dengan perubahan pH yang drastis yaitu dari asam kemudian dicampur basa. Pada tabung ketiga ditambahkan larutan HgCl2 1% sebanyak 1 ml yang mengakibatkan denaturasi yang ditandai dengan gumpalan yang berwarna putih dan larutan yang keruh. Hal ini terjadi karena penambahan logam berat berupa Hg yang bermuatan positif yang bereaksi dengan protein melalui reaksi netralisasi yang akan membentuk garam netral yang mengendap berupagumpalan tadi. Kemudian pada tabung keempat ditambahkan NaOH 6M sebanyak 1 ml lalu dipanaskan menimbulkan larutan berwarna kuning dan saat dites dengan kertas lakmus menyebabkan kertas lakmus berwarna biru, sehinggga kita ketahui bahwa denaturasi pada tabung ini disebabkab oleh penambahan larutan basa. Pada tabung terakhir ditambahkan Pb(OAc)2 sehingga larutan menjadi keruh kemudian saat ditambah dengan NaOH larutan menjadi bening, hal ini dikarenakan denaturasi yang mengakibatkan gumpalan yang disebabkan oleh logam berat dalam hal ini Pb dapat melarut kembali pada penambahan alkali.
H.KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
- Koloid Fe(OH)3 dibuat secara kondensasi berupa reaksi hidrolisis garam Fe yang berasal dari FeCl3 dengan air yang kemudian mengionisasi menjadi H+ dan OH-. Ion OH- kemudian bereaksi dengan Fe3+ membentuk koloid Fe(OH)3.
- Cara pembuatan koloid secara dispersi dilakukan dengan memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid yang dilakukan dengan mencampurkan antara dua fase berupa zat pendispersi dan terdispersi yang berupa zat cair. Pembuatan koloid dengan cara adsorpsi dilakukan dengan menambahkan adsorben dalam hal ini berupa karbon aktif yang akan menyerap ion-ion maupun kototran-kotoran pengganggu.
- Reaksi penyabunan pada lemak ditandai dengan terbentuknya padatan pada pencampuran Na-oleat, NaOH dn etanol yang kemudian ditambahkan aquades dan NaCl yang menimbulkn busa.
- Denaturasi atau perubahan struktur protein dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penambahan senyawa asam, senyawa basa, pemanasan (kenaikan temperatur), pengocokan serta penambahan garam-garam yang mengandung logam berat.
DAFTAR PUSTAKA
- Aisyah ,Siti.2010.Penurunan Angka Peroksida Dan Asam Lemak Bebas (Ffa) Pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas Oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelordengan Aktifasi NaCl. Malang : Teknologi Uin Maliki.
- Gillis,H.P. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
- Hintono,A.2013. Kadar Protein Dan Keempukan Nuget Ayam Dengan Berbagai Level Substitusi Hati Ayambroiler. Jawa Tengah: Universitas Diponogoro.
- Oxtoby, David.W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
- Rahayu, Imam. 2007. Kimia Jilid 2. Bandung: Visindo Media Utama.
- Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yoyakarta: Gadjah Mada University Press
Artikel Terkait : Laporan Praktikum Kimia Dasar 1
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas dan Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan dan Pemurnian (Acara 1)
Artikel Terkait : Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri
Laporan Reaksi Redoksi Dan Sel Elektrokimia - Laporan Kimia Dasar 2
Laporan Kinetika Kimia dan Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Koloid dan Senyawa Karbon 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Itulah artikel mengenai "Laporan Koloid dan Senyawa Karbon 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas dan Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan dan Pemurnian (Acara 1)
Artikel Terkait : Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Praktikum REAKSI ASAM BASA II - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Kimia Dasar - Analisis Kuantitatif Asidimetri Dan Alkalimetri
Laporan Reaksi Redoksi Dan Sel Elektrokimia - Laporan Kimia Dasar 2
Laporan Kinetika Kimia dan Laporan Praktikum Kimia Dasar
Laporan Koloid dan Senyawa Karbon 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Itulah artikel mengenai "Laporan Koloid dan Senyawa Karbon 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.
Jangan Lupa Follow untuk tetap mendapatkan update artikel berikutnya.